Avoiding negative effects of diversity management programs

Selama beberapa dekade, masyarakat telah berbicara tentang fenomena yang kemudian dikenal sebagai “The glass ceiling”. Seperti yang dijelaskan Morrison dan Von Glinow “The glass ceiling adalah konsep yang dipopulerkan pada 1980-an untuk menggambarkan penghalang yang begitu halus sehingga transparan, namun begitu kuat sehingga menghalangi perempuan dan minoritas untuk naik dalam hierarki manajemen” Situasinya bahkan lebih sulit bagi orang kulit berwarna. Equal Employment Opportunity Commission melaporkan bahwa “diskriminasi warna kulit dalam pekerjaan tampaknya sedang meningkat”. Selanjutnya, penelitian telah menemukan bahwa pelamar pekerjaan yang berasal dari ras kulit putih lebih berpeluang besar untuk dipekerjakan dari pada mereka yang berasal dari ras kulit hitam. Dengan demikian, dua aspek yang menentukan pengalaman perempuan dan minoritas dalam organisasi saat ini adalah kesulitan yang relatif lebih besar dalam mendapatkan pekerjaan dan dalam menaiki tangga perusahaan untuk bergabung dengan jajaran manajemen atas.

Dalam UU hak sipil tahun 1964 menandai awal dari program yang dirancang untuk memastikan kesempatan yang sama di tempat kerja. Program tindakan afirmatif yang berasal dari tindakan ini bertujuan “ untuk memperbaiki diskriminasi dan meningkatkan keterwakilan kelompok-kelompok yang tidak beruntung, yaitu perempuan etnis minoritas”

Terdapat peraturan yang berusaha memberi perlindungan kepada pekerja penyandang disabilitas dan LGBT. Program tindakan afirmatif telah menghasilkan banyak hal yang diinginkan keuntungan pekerjaan. Menurut Harris, “Sebagai tindakan afirmatif, kedudukan, dan kehadiran perempuan serta minoritas telah meningkat di semua tingkat organisasi”.

Namun, masih ada ketidaksetaraan gaji antara laki-laki dan perempuan serta stereotip tentang peran gender di tempat kerja. 1. Tindakan afirmatif program dapat memengaruhi bagaimana individu yang diuntngkan dari program memandang kompetensinya dan pandangan diri tentang kompetensi ini pada nantinya akan memengaruhi perilaku kerja dan komunikasi. 2. Tindakan afirmatif mengarahkan orang lain di tempat kerja untuk menstigmatisasi orang yang telah dianggap diuntungkan dari program kerja. 3. Individu yang merasa telah dilewati secara tidak adil oleh program tindakan afirmatif merasakan ketidakadilan dalam prosedur perekrutan dan promosi.


Sumber: Katherine Miller. Organizational Communication, Approaches and Processes. 2011

Siti Komsiah Dosen Universitas Persada Indonesia YAI

Comments

Popular posts from this blog

Abdimas cianjur