Tradisi Komunikasi

 Aktivitas komunikasi merupakan salah satu fenomena psikologi sosial seperti pengaruh media massa, propaganda, atau komunikasi antar personal lain. Teori-teori yang berangkat dari tradisi ini cenderung berorientasi pada sisi kognitif yang memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses sebuah informasi. Proses sebuah informasi ini berlangsung secara internal dalam diri manusia seperti seperti berpikir, memahami, menggunakan ingatan jangka pendek dan panjang hingga membuat suatu pemaknaan. Beberapa konsep penting dalam tradisi ini adalah judgement, prejudice, anxienty, dan sebagainya. Adapun Varian dari Tradisi ini yang pertama adalah varian perilaku (behavioral) yang memusatkan perhatian terhadap bagaimana manusia berprilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Kemudian varian kognitif yang mengacu pada bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan memproses informasi dengan cara yang mengarahkan output perilaku. Terakhir adalah varian biologis yang berupaya mempelajari manusia dari sisi biologikalnya.

            Sedangkan tradisi retorika mengkaji bahwa komunikasi merupakan seni dalam wacana praktis. Hal ini muncul karena adanya persoalan komunikasi bahwa adanya urgensi sosial yang mensyaratkan pertimbangan kolektif atau tindakan musyawarah untuk tujuan bersama. Komunikasi dianggap sebagai teori yang dapat mempengaruhi kepentingan bersama melalui retorika.

            Tradisi semiotik terjadi karena komunikasi danggap sebagai mediasi antarsubjektif melalui tanda-tanda. Masalah yang seringkali dikaji pada tradisi ini yaitu adanya kesalah pahaman atau kesenjangan dalam pandangan-pandangan intersubjetif atas tanda-tanda yang dberi makna. Tanda biasanya menimbulkan multitafsir sehingga tanda yang diberi makna sangat beragam. intersubjektif tanda karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman setiap individu pemberi tanda atau penanda yang menghasilkan petanda. Tradisi semiotik ini melahirkan beberapa teori semiotika seperti teori  semiotik segitiga Pierce, semiotik denotasi  dan konotasi Sausure, semiotik mitologi Barthes, Dekonstruksi Derrida dan lainnya. Semua teori tersebut mengupas persoalan komunikasi terkait dengan tanda-tanda yang dimediasi secara intersubjektif.

            Tradisi fenomenologi menekankan pada teori komunikasi sebagai upaya memahami makna individu berdasarkan pengalaman dari “otherness” atau orang lain. Penggalian data dilakukan secara dialog atau wawancara mendalam. Tradisi fenomenologi juga membahas masalah komunikasi karena adanya ketidak harmonisan hubungan atau relasi manusia yang otentik. Tidak ada yang sempurna sehingga memunculkan motif-motif sebagai dorongan individu untuk menyempurnakan hubungan tersebut. Motif terdiri dari because motif yaitu pengalaman individu dan in order to motiv, sebagai motif yang mendorong tujuan dan capaian individu terkait dengan upaya relasi yang otentik.

            Tradisi sosiokultural menekankan bahwa komunikasi sebagai usaha mere-produksi nilai-nilai budaya terkait dengan tatanan sosial. Tradisi ini mengupas ketika terjadi konflik, perubahan  akibat pemahaman yang diyakini oleh setiap individu. Perubahan perilaku dipengaruhi oleh faktor sosio kultur seperti nilai-nilai yang dianut, pendidikan, pengetahuan, pendangan dan lingkungan.

Tradisi kritis menekankan pada refleksi diskursif atau proses diskusi yang berkaitan degnan ideologi, hegemonik yang dinilai terjadi  secara sistematis. Tradisi kritis selalu menekankan pada setiap realitas tidak selalu sesuai dengan yang ada, akan tetapi ada realitas yang tidak tanpak bahkan tidak pernah dipikirkan oleh manusia. Kritis mengedepankan penilaian-penilaian secara subjektif terhadap fenomena. Penilaian tersebut mendorong terjadinya proses diskursif yang menghasilkan penolakan. Tradisi kritis menilai adanya upaya untuk mendistorsi situasi sehingga diperlukan upaya yang mendalam untuk melakukan diskusi.

Tradisi sibernetika menekankan bahwa komunikasi sebagai upaya pemrosesan informasi. Pada pelaksanaannya seringkali terjadi masalah seperti noise, overload, underload, malfunction. Oleh karen itu, tradisi sibernetika mencoba untuk mengkaji masalah tersebut melalui pendekatan sistem. Berbagai teori sistem menekankan pada arus informasi yang penting dikelola dalam setiap organisasi. Arus informasi dapat membantu jejaring komunikasi karena setiap individu tidak semua dapat berkomunikasi dengan setiap orang yang ada di dalam organisasi tersebut, sehingga diperlukan pola komunikasi. Jejaring komunikasi yang dapat mengatur arus informasi tentu saja diharapkan dapat mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi. Di samping itu, lancarnya komunikasi tentu saja dapat mengurangi terjadinya overload  informasi maupun informasi yang salah atau miskomunikasi.  

FIKOM UPI YAIFIKOM UPI YAI

Comments

Popular posts from this blog

Abdimas cianjur